Monday, May 12, 2008

DIET PADA PENYAKIT JANTUNG ANAK

DIET PADA PENYAKIT JANTUNG ANAK

I. PENDAHULUAN

Penyakit jantung pada anak ada 2 macam, yaitu penyakit jantung bawaan dan penyakit jantung didapat. Kedua macam penyakit jantung ini dapat menyebabkan gagal jantung atau fungsi jantung yang menurun di mana jantung tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan metabolik jaringan tubuh.5

Penyakit jantung bawaan (PJB) pada bayi dan anak cukup banyak ditemukan di Indonesia. Laporan dari berbagai penelitian di luar negeri menunjukkan 6-10 dari 1000 bayi lahir hidup menyandang penyakit jantung bawaan.2 Sampai saat ini belum jelas diketahui penyebab kelainan jantung bawaan. Sekitar 2-5 % kelainan ini erat kaitannya dengan abnormalitas kromosom. Pada Down’s syndrome misalnya, sekitar 60 % selalu disertai kelainan jantung kongenital seperti defek septum ventrikel, tetralogi fallot, duktus arteriosus persisten, dan defek septum atrium. Di antara saudara kandung, sebanyak 2-4 % ternyata mengidap kelainan jantung bawaan yang sama. 4

Pembentukan jantung janin yang lengkap terjadi pada akhir semester pertama yang berpotensi terjadi gangguan pembentukan jantung. Terjadinya penyakit jantung bawaan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah paparan sinar radiasi, trauma fisik dan psikis, virus TORCH, obat-obatan, rokok, alkohol, dan sebagainya.2,4

Salah satu penyakit jantung didapat yang sering ditemui adalah demam reumatik akut (DRA) dan penyakit jantung rematik (PJR). Data yang diperoleh dari Bagian Kesehatan Anak RSCM menunjukkan bahwa dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir belum terdapat penurunan berarti kasus DRA dan PJR. Diperkirakan prevalensi PJR di Indonesia sebesar 0,3-0,8 anak sekolah 5-15 tahun. Demam reumatik merupakan penyebab utama penyakit jantung didapat pada anak usia 5 tahun sampai dewasa muda di negara berkembang dengan keadaan sosio ekonomi rendah dan lingkungan buruk.2

Faktor yang mendasari patofisiologi dari gagal jantung adalah faktor mekanis (defek struktural yang memberikan beban berlebihan pada otot jantung), faktor miokard (miokarditis) dan kombinasi keduanya (kelainan intrinsik yang mengganggu faal miokard).5

Berdasarkan gangguan daya kerja miokard, gagal jantung dibagi5 :

a. Beban volume ventrikel : high output stage (anemia), pirau kiri ke kanan, insufisiensi katup(mitral, aorta), fistula arteri-vena sistemik.

b. Beban tekanan ventrikel : obstruksi jalan keluar (koartasio aorta, stenosis aorta, stenosis arteri pulmonalis) dan obstruksi jalan masuk (stenosis mitral, stenosis tricuspid).

Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan gagal jantung oleh karena kemampuan miokard yang menurun adalah miokarditis, kardiomiopathi, anemia berat, keadaan khusus pada neonatus (kadar kalsium, magnesium, dan gula darah rendah, asidemia berat atau setelah asfiksia) dan takikardi berat atau bradikardi yang secara nyata juga dapat mengurangi kemampuan otot jantung.5

Gejala klinis yang timbul dapat dibagi menjadi 3 kategori yang menggambarkan adanya kegagalan jantung kanan dan kiri 5:

1. Daya kerja miokard yang terganggu mengakibatkan gangguan pertumbuhan, berkeringat, kardiomegali, irama gallop, perubahan pada pulsus perifer termasuk pulsus paradoksus dan alternans.

2. Kongesti paru-paru menyebabkan takipnea, sesak bila bergerak, batuk, ronki basah, wheezing, dan sianosis.

3. Kongesti vena sistemik menyebabkan hepatomegali, bendungan vena leher, sembab perifer.

Kelainan tersebut dijumpai bervariasi, dapat ringan sampai berat sehingga untuk menata dietnya diperlukan perlakuan tersendiri.5 Modifikasi khusus pada diet sehari-hari telah dilakukan untuk terapi sejumlah penyakit. Diet ini tidak secara langsung menyembuhkan penyakit, tetapi dipakai untuk memperbaiki kelainan metabolisme dan mencegah atau paling tidak mengurangi gejala penyakit.3 Adanya gangguan pertumbuhan yang dipengaruhi faktor genetik, hipoksia menahun, kelainan hemodinamik, faktor metabolik serta kelainan lain yang menyertai memerlukan masukan energi tambahan. Aktivitas jantung dan pernafasan memerlukan pula energi yang cukup banyak, demikian pula agar pembedahan dapat dilakukan, maka diperlukan masukan energi yang lebih banyak.5

Tulisan ini berusaha membahas mengenai diet pada panyakit jantung anak yang mana dalam pengelolaannya harus diperhatikan pemberian nutrien yang cukup tanpa memperberat kerja jantung. Pemberian diet tersebut tergantung dari tahap penyakit dan keadaan klinis anak.

II. TUJUAN PEMBERIAN DIET PADA PENYAKIT JANTUNG ANAK

Tujuan memberikann diet pada penderita penyakit jantung adalah5 :

1. Untuk memberikan cukup makanan agar anak tumbuh dan berkembang optimal, tanpa memperberat beban jantung.

2. Mengurangi dan mencegah retensi garam/air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah bila ada hipertensi.

3. Menyiapkan anak dengan kelainan jantung bawaan sehingga kondisinya memungkinkan untuk tindakan operasi.

III. SYARAT PEMBERIAN DIET PADA PENYAKIT JANTUNG ANAK

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menyusun diet penderita penyakit jantung menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia adalah sebagai berikut5:

1. Energi sesuai dengan kebutuhan

Untuk kelainan jantung bawaan dibutuhkan 175 -180 kkal/kgBB/hr. Bila masukan kalori kurang dari 120 kkal/kgBB sehari akan terjadi defisiensi vitamin D, asam folat, vitamin B12, zat tembaga dan seng.

2. Protein 3-4 gr/kgBB yang diperlukan untuk pembentukan otot jantung. Pada gagal jantung, protein yang dianjurkan 1-2 gr/kgBB sehingga dapat meringankan beban ginjal.

3. Lemak sedang; Formula dengan persentase lemak tidak jenuh ganda (polyunsaturated fat) atau zat besi dapat meningkatkan kebutuhan akan vitamin E; vitamin E hendaknya diberikan diantara waktu makan bila diperlukan.

4. Vitamin dan mineral cukup; natrium dan cairan dikurangi bila ada sembab atau hipertensi. Formula yang dianjurkan adalah yang kadar natriumnya 7-8 meq sehari dan susu dengan protein dengan susunan whei/kasein: 60/40

5. Makanan yang mudah diserap, cukup mengandung serat sehingga memudahkan buang air besar; bila perlu diberikan lewat pipa gastrik.

6. Rupa makanan menarik, rasa diperhatikan dan cara menyajikan menarik dan suasana makan menyenangkan.

IV. JENIS DIET DAN INDIKASI PEMBERIAN

DIET JANTUNG I

Indikasi : Diet jantung I diberikan bagi pasien dengan gagal jantung.1,5,7

Dasar diet :

Karena fungsi jantung terganggu maka aliran darah ginjal juga akan terganggu. Agar kadar ureum darah tidak meningkat maka perlu diberikan protein yang rendah.

Sebagai akibat kegagalan jantung bisa menyebabkan timbulnya oedema. Untuk mengurangi oedema, pemberian garam harus dibatasi.7

Tujuan Diet7 :

1. Mengurangi beban ginjal

2. Mengurangi atau mencegah retensi natrium

Syarat-syarat 1,7 :

- Cukup kalori (sesuai dengan kecukupan normal)

- Karbohidrat sedang

- Lemak rendah

- Air dibatasi

- Mineral + vitamin cukup ( Ca dibatasi)

- konsumsi protein rendah 1-2g/kgBB

- konsumsi natrium dibatasi 150-180 mg/hr pada bayi, 400 mg/hr pada anak.

Bentuk makanan : Dihidangkan dalam bentuk makanan cair, mudah dicerna.1,7

Contoh menu sehari 7:

Pagi

Siang

Sore

06.00 : makanan cair

12.00 : makanan cair

18.00 : makanan cair

09.00 : makanan cair

15.00 : makanan cair

21.00 : makanan cair

10.00 : Sari pepaya

16.00 : Sari jeruk

-

DIET JANTUNG II :

Indikasi 1,7 : Diet jantung II diberikan pada pasien dengan kemampuan kerja jantung yang menurun, namun belum tampak adanya gejala kegagalan jantung.

Dasar diet7 :

1. Walaupun fungsi jantung terganggu, pengaruh terhadap fungsi ginjal belum tampak, sehingga dapat diberikan tinggi protein.

2. Untuk mencegah terjadinya oedem perlu diberikan diet rendah garam.

Tujuan Diet7 :

1. Memberikan makanan secukupnya agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal

2. Mencegah terjadinya oedem

Syarat-syarat 1,7 :

- Tinggi kalori (175-180 kkal/BB/hr)

- Tinggi protein (3-4 gr/kgBB/hr)

- Cukup karbohidrat

- Lemak, sedang

- Garam dibatasi : Bayi Æ 200-400mg/hr

Anak Æ 600-800 mg/hr

- Air dibatasi

- Cukup vitamin dan mineral

Bentuk makanan7 : untuk bayi dalam bentuk makanan bayi. Untuk anak bentuk makanan lunak atau biasa

Contoh menu sehari 7

Pagi

Siang

Sore

-nasi tim

-telur dadar

-setup wortel

-susu

-nasi tim

-perkedel daging

-gadon tahu

-sup sayuran

-pepaya

-nasi tim

-ayam bumbu tomat

-tempe bacem

-tumis kacang panjang

-pisang

10.00

14.00

21.00

Bubur kacang hijau

Kue talam

Susu

Makanan yang tidak boleh diberikan :

1. Makanan yang diolah, diawetkan dengan garam dapur

2. Kecap, tauco,coklat

3. Minuman yang mengandung gas seperti air soda, coca cola, dan sebagainya.

DIET JANTUNG III

Indikasi 1,7 : Diberikan bagi pasien tanpa gagal jantung dan kemampuan kerja jantung tidak menurun, seperti pada demam reumatik dan penyakit jantung rematik.

Dasar diet7 :

Pada penderita CHD atau RHD umumnya berstatus gizi kurang karena pengangkutan zat-zat gizi ke jaringan tidak berjalan sempurna, ditambah dengan adanya sekunder infeksi. Oleh karena itu perlu diberikan makanan tinggi protein dan tinggi kalori.

Pemberian garam dapur tidak dibatasi, karena pada penderita ini tidak dijumpai oedem.

Tujuan Diet7 :

1. Memberikan makanan secukupnya agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal tanpa memberatkan kerja jantung.

2. Menyiapkan penderita CHD dalam keadaan baik untuk tindakan operasi.

Syarat-syarat 1,7 :

- Tinggi kalori (175-180 kkal/BB/hr)

- Tinggi protein (3-4 gr/kgBB/hr)

- Karbohidrat sedang

- Lemak cukup

- Garam tanpa dibatasi (seperti pada makanan biasa)

- Air tanpa dibatasi

- Cukup vitamin dan mineral

Bentuk makanan : lunak atau makanan biasa.

Contoh menu sehari : Untuk anak berusia di atas tahun

Pagi

Siang

Sore

-nasi

-telur dadar

-tempe bacem

-tumis buncis

-susu

-nasi

-ikan bumbu kuning

-tahu telur

-sup sayuran

-pepaya

-nasi

-Daging empal

-sup kacang merah

-oseng-oseng kangkung

-pisang

10.00

14.00

21.00

Bubur kacang hijau

Puding

Susu

Pada diet jantung III hampir semua makanan boleh diberikan, kecuali makanan yang merangsang saluran cerna dan mengandung gas seperti kol, lobak, sawi, durian, nangka, cabai, dan lada.5

V. EVALUASI

Evaluasi diperlukan untuk mencegah komplikasi metabolisme yang timbul. Evaluasi tersebut meliputi kebutuhan cairan, osmolaritas air kemih, dan perkiraan solute ginjal.5

1. Kebutuhan cairan pada bayi adalah 140-160 ml/KgBB dalam keadaan normal. Pada bayi dengan kelainan jantung bawaan restriksi cairan menjadi 110-120 ml/KgBB sehari.

2. Osmolaritas air kemih dipertahankan 400 mosm/L :

a. Bila terjadi gagal tumbuh dan konsentrasi air kemih di bawah 300 mosm/L, maka diperlukan formula densitas tinggi. (Biasanya dipakai polycose atau minyak safflower bila tidak ada masalah malabsorbsi atau minyak MCT dapat dipakai bila volume formula memadai).

b. Bila terjadi gagal tumbuh dan konsentrasi air kemih 400 mosm/L, maka diperlukan formula dengan beban solute yang lebih rendah.

c. Pada sembab, kenaikan BUN, diare, letargi, hiperamonemia, dan atau asidosis metabolic, maka diperlukan formula densitas lebih rendah.

d. Formula dengan konsentrasi kalori yang lebih tinggi hendaknya tidak dibuat dengan cara menurunkan volume cairan, karena dapat meningkatkan beban solut.

3. Perkiraan beban solut ginjal.

a. Untuk menilai beban solut ginjal, diperkirakan bahwa seluruh protein yang dimakan diekskresi sebagai urea. Satu gram protein menghasilkan 5,7 mosm urea. Nitrogen = gram protein dibagi 6,25. Tiap molekul urea mengandung 2 atom nitrogen. Berat atom nitrogen 14.

b. Semua natrium, kalium, dan klorida diperkirakan akan diekskresi. Urea ditambah dengan ion-ion ini akan menghasilkan 75-80 % beban solute ginjal pada bayi.

c. Kalsium, fosfor, dan mineral yang lain tidak diperhitungkan karena diekskresi sedikit.

VI. KESIMPULAN

Dalam pengelolaan diet pada penyakit jantung anak harus diperhatikan pemberian nutrien yang cukup untuk mendukung tumbuh kembang anak secara optimal tanpa memperberat kerja jantung. Dan pemberian diet tersebut tergantung dari tahap penyakit dan keadaan klinis anak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arif, Mansjoer.(2002). Kapita Selekta Kedokteran : Diet Pada Kelainan Jantung. Media Aesculapius, Jakarta.

2. Bambang, Madiyono, dkk. (2005). Penanganan Penyakit Jantung Pada Bayi dan Anak. UKK Kardiologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

3. Beck, Mary. (2000). Ilmu Gizi dan Diet. Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta.

4. Faisal, Baraas. (1995). Penyakit Jantung Pada Anak. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

5. Suandi.(1999). Diet Pada Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

6. Sunita, Almatsier. (2004). Penuntun Diet. Instalasi Gizi Perjan RS Dr.Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

7. Tandyo. (1997). Gizi Anak. Buku Pegangan Kuliah Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Gangguan Ginjal Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler

Gangguan Ginjal Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler

Hampir separuh penderita penyakit ginjal meninggal bukan karena penyakit ginjal itu sendiri, tapi malah akibat penyakit kardiovaskuler. Setelah ditelisik, ternyata diketahui bahwa penyakit ginjal merupakan faktor risiko independen terjadinya penyakit kardiovaskular. Hingga akhirnya Konsil Ginjal dan Kardiovaskuler American Heart Association pun merekomendasikan, penderita penyakit ginjal merupakan kelompok yang paling berisiko mengalami penyakit kardiovaskular.

Sebuah data dari Cardiovascular Health Study membuktikan bahwa penderita dengan penyakit ginjal stadium 3 dan 4, dengan perkiraan laju filtrasi glomerulus antara 15 dan 59 ml/menit/1,73 m2, ternyata mempunyai insiden dan risiko penyakit jantung dua kali lipat ketimbang individu dengan laju filtrasi glomerulus normal. Sementara pada coronary prevention project ditunjukkan, mortalitas 1 tahun setelah infark miokard meningkat dari 24% menjadi 46% dan 66% pada penderita dengan kreatinin serum 1,5 mg/dl, dan 2,5-3,9 mg/dl.

Menurut Prof. DR. Dr Ketut Suwitra, SpPD-KGH dari Divisi Ginjal dan Hipertensi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unud/RSUP Sanglah, Denpasar, ada banyak hipotesis yang berusaha menerangkan fenomena ini. Namun seperti yang telah diketahui, ada dua jenis faktor risiko penyakit kardiovaskular yaitu, faktor risiko tradisional dan faktor risiko non tradisional (lihat tabel 1). “Untuk penyakit ginjal, faktor risiko non tradisional lah yang lebih banyak memegang peranan.”

Table 1. Faktor Risiko Kardiovaskuler Tradiosional dan Non Tradisional

Faktor risiko tradisional

Non-tradisional

Usia tua

Jenis kelamin laki-laki

Hipertensi

LDL kolesterol tinggi

HDL kolesterol rendah

Diabetes

Merokok

Kurang gerak fisik

Menopause

Riwayat keluarga penyakit kardiovaskuler

Hipertropi ventrikular kiri

Albuminiuria/proteinuria

Homosistein

Lipoprotein (a) dan Lipoprotein (a) isoform

Bekas lipoprotein

Anemia

Abnormalitas metabolisme ca-fosfat

Cairan ekstraseluler berlebihan

Stress oksidatif

Inflamasi (C-reactive protein)

Malnutrisi

Faktor trombogenik

Gangguan tidur

Perubahan keseimbangan nitrit oksida/ Endotelin

Lebih lanjut Suwitra mengatakan, anemia sebagai salah satu faktor non tradisional terjadi pada sekitar 80% penderita penyakit ginjal stadium 3 dan 4. Anemia memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap penyakit kardiovaskuler. Bukti klinis menunjukkan, anemia dapat meningkatkan morbiditas penyakit kardiovaskuler. Koreksi terhadap anemia bisa menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler.

Sementara substansi uremik yang tertimbun dalam darah akibat terganggunya fungsi ginjal juga merupakan faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Di antara substansi uremik tersebut adalah air, fosfat, kalium, hormon paratiroid, beta2 mikroglobulin, homosistein, dan berbagai faktor inflamasi. Semua substansi ini berkontribusi, baik secara tersendiri maupun bersama-sama.

Sedangkan untuk mikroalbuminaria, awalnya hanya dianggap sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskuler hanya pada nefropati diabetik. Ternyata kemudian terungkap fakta, pada non diabetik pun mikroalbuminari merupakan faktor risiko kardiovaskuler yang sangat penting. Hal ini dibuktikan oleh Gerstein pada studi HOPE dan Wachtell pada studi LIFE.