Showing posts with label toksikologi. Show all posts
Showing posts with label toksikologi. Show all posts

Monday, November 19, 2007

DASAR TEORI TOKSIKOPROYEK

Jenis uji toksikologi

Pada dasarnya, uji toksikologi dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni uji ketoksikan tak khas dan uji ketoksikan khas. Dimaksud dengan uji ketoksikan tak khas adalah uji toksikologi yang dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan atau spectrum efek toksik suatu senyawa pada aneka ragam jenis hewan uji. Termasuk dalam golongan uji ketoksikan tak khas ini ialah uji ketoksikan akut, subkronis dan kronis. Dimaksud dengan uji ketoksikan khas ialah uji toksikologi yang dirancang untuk mengevaluasi secara rinci efek yang khas sesuatu senyawa pada aneka ragam jenis hewan uji. Termasuk golongan uji ketoksikan khas ini ialah uji potensiasi, kekarsinogetikan, kemutagenikan, keteratogenikan, reproduksi, kulit dan mata, dan perilaku. (Loomis, 1978)

Uji ketoksikan akut. Uji ini dirancang untuk menentukan efek toksik sesuatu senyawa (missal zat tambahan makanan) yang akan terjadi dalam waktu singkat setelah pemejanan atau pemberiannya dengan takaran tertentu.l uji ini dikerjakan dengan cara memberi dosis tunggal senyawa uji pada hewan uji (sekurang-kurangnya 2 jenis hewan uji roden dan nirroden, jantan maupun betina). Takaran dosis yang dianjurkan paling tidak empat peringkat dosis, berkisar dari dosis terendah yang tidak atau hampir tidak mematikan seluruh hewan uji sampai dengan dosis tertinggi yang dapat mematikan seluruh atau hampir seluruh hewan uji. Senyawa ini diberikan melalui jalur yang akan digunakan oleh manusia atau jalur yang memungkinkan manusia terpejani dengan senyawa itu. Biasanya pengamatan dilakukan selama 24jam, kecuali pada kasus tertentu selama 7-14 hari. Dan pengamatan tersebut meliputi : (1) gejala klinis, (2) jumlah hewan yang mati, dan (3) histopatologi organ.n (Imono,2001)

Data kuantitatif yang diperoleh dari uji ketoksikan akut ini ialah LD50 sedang data kualitatifnya berupa penampakan klinis dan morfologis efek toksik senyawa uji.m data LD50 yang diperoleh dapat digunakan untuk potensi ketoksikan akut senyawa relatif terhadap senyawa lain. Selain itu, juga dapat digunakan untuk memperkirakan takaran dosis uji toksikologi lainnya. (Imono,2001)

Pengamatan dan pemeriksaan

Setelah toksikan diberikan, jumlah hewan yang mati dan waktu kematiannya harus diamati untuk memperkirakan LD50. yang lebih penting lagi, tanda-tanda toksisitasnya harus dicatat. Jangka waktu pengamatan harus cukup panjang sehingga efek yang muncul lambat, termasuk kematian, tidak luput dari pengamatan. Jangka waktu itu biasanya 7-14hari tetapi dapat jauh lebih lama.

Autopsi kasar harus dilakukan pada semua hewan mati dan pada beberapa hewan yang hidup, terutama hewan yang tampak sakit pada akhi8r percobaan. Autopsi dapat memberikan informasi yang berharga tentang organ sasaran, terutama bila kematian tidak terjadi segera setelah pemberian zat kimia. Mungkin juga diperlukan pemeriksaan histopatologik organ tubuh dan jaringan tertentu.

Evaluasi data

Hubungan dosis respon. Bila frekuensi atau efek lain dihubungkan terhadap dosis dalam skala logaritmiki, diperolehj suatu kurva berbentuk S. bagian tengah kurva itu (antara 16% dan 84% respon) cukup lurus untuk memperkirakan LD50 atau ED50. akan tetapi, banyak bagian kurva dapat diluruskan dengan menggambarkan titik-titik tersebnut berdasarkan nilai basis probit. Prosedur inin terutama berguna untuk memperhitungkan, misalnya LD5 atau LD95, dengan menggunakan ujung-ujung ekstrem dari kurva.

Tanda toksik pada organ atau system. Pada sistem autonomic memberikan tanda membran niktitans melemas, eksoftalmos, hipersekresi hidung, salvias, diare, keluar air seni, piloereksi. Pada perilaku ditandai dengan sedasi, gelisah, posisi duduk kepala keatas, pandangan lurus kedepan, kepala tertunduk, depresi berat, sering menjilat-jilat tubuh, kuku siap mencakar, terengah-engah, iritabilitas, sikap agresif atau defensif, ketakutan, bingung, aktifitas yang aneh. Pada sensorik ditandai dengan peka terhadap nyeri, righting reflex, refleks kornea, refleks labirin, refleks penempatan, refleks tungkai belakang, peka terhadap bunyi dan sentuhan. Pada neuromuskuler ditandai dengan aktifitas meningkat atau berkurang, fasikulasi, tremor, lemas, ekor melengkung keatas membentuk huruf S, kelemahan tungkai belakang, refleks nyeri. Pada kardiovaskuler ditandai dengan denyut jantung meningkat atau berkurang, sianosis, vasokonstriksi, vasodilatasi, perdarahan. Pada pernapasan ditandai dengan hipopnea, dispnea, terengah-engah, apnea. Pada mata ditandai dengan midriasis, miosis, refleks pupil. Pada gastrointestinal, gastrourinary ditandai dengan salvias, berdahak, diare, berak atau kencing berdarah, konstipasi, ingusan, muntah-muntah, kencing dqan berak tidak terkendali. Pada kulit ditandai dengan piloereksi, menggigil, eritema, edema, nekrosis,k bengkak.

PUSTAKA

Frank, C, 1995. Toksikologi Dasar ,89-90, UI Press, Jakarta

Imono, A.D. 2001. Toksikologi Dasar, 200-201, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Loomis, T.A. 1978. Essentials of Toxicology.3rd ed. Lea & Febiger, Philadelphia