Monday, December 10, 2007

TERAPI DIURETIK

Terapi farmakologi untuk hipertensi tersusun sesuai dengan mekanisme kegiatannya salah satunya yaitu terapi diuretik. Obat yang dipilih tergantung dari berbagai faktor, tapi secara umum harus dipilih obat yang paling sederhana dan paling murah. Terapi bertahap merupakan cara tradisional untuk semua tingkat pasien hipertensi.
Terapi ini diawali dengan pemberian satu jenis bahan, dan dosis ditingkatkan sesuai toleransi. Kalau tekanan darah tidak terkontrol dengan baik atau timbul efek samping, maka diberikan bahan lain secara berurutan sampai tekanan darah dapatdapat terkontrol dengan baik. Diuretik sering kali lebih efektif pada mereka yang berkulitr hitam dan mungkin lebih sesuai untuk pasien penderita asma dan penyakit pulmuner obstruktif menahun.
Terapi diuretik perlu dilakukan kalau pembatasan cairan oral tak dapat mencapai keseimbangan cairan negatif. Setiap diuretik berbeda kemampuannya untuk meningkatkan produksi urin. Kalau jumlah urin tidak bertambah lagi, maka obat dapat diberikan lagi dengan dosis ganda. Ini harus diteruskan sampai jumlah urin cukup memuaskan atau sampai tercapai dosis maksimal. Apabila dengan dosis maksimal tidak ada respon, maka pemberian berulang tidak ada gunanya, kecuali bila penyakit yang mendasari sudah diobati. Serum elektrolit, khususnya kalium harus diperiksa beberapa tahap awal terapi diuretik samapai hilangnya volume harian dapat diperkirakan dan penggantian elektrolit yang sesuai dapat ditentukan.
Tujuan menyeluruh dari terapi tanpa mempertimbangkan etiologi adalah terapi gejala-gejala yang bersangkutan, memperbaiki fungsi dan memperpanjang hidup. Terapi diuretik dari hidroklorotiazid (12,5-50 mg/hari) dapat menurunkan tekanan vena pulmoner dan sistemik secara efektif, sehingga gejala kongestif (dispnea) akan mengalami banyak kemajuan dan edema periferal berkurang. Namun harus dijaga jangan sampai terjadi diuresis berlebihan, karena penurunan hebat preload dapat meninggikan gradien aliran keluar. Hidroklorotiazid juga menghambat absorbsi natrium di dalam tubulus distal. Harus digunakan secara terbatas pada pasien dengan gejala ringan dan fungsi renal normal.

No comments: